40 tahun lalu, seorang anak perempuan, sebut saja M. Dia lahir di keluarga yang tidak kaya. Dia merupakan anak kedua dari 5 besaudara. Kakak laki-lakinya menderita penyakit dan mengalami keterbelakangan mental. Ayahnya sangat keras, dan karena dia memiliki saudara yang banyak, sejak berumur 4 tahun, dia sudah dipaksa untuk mandiri. Bahkan dia harus merawat adik-adiknya dan mengerjakan pekerjaan rumah.
Sebelum sekolah, dia harus menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Dia menempuh perjalanan sangat jauh. Semua itu dia lakukan sejak dia TK sampai kuliah. Hidup yang berat, sungguh berat.
Di SMA, dia sangat aktif di Tonti, bahkan juara sebagai Paskibraka DIY dan akan dikirim ke Jakarta, tapi karena suatu hal, akhirnya dia harus menyerahkan haknya itu kepada yang mendapatkan juara kedua.
Nasib, memang belum memihak padanya. Dia akhirnya menempuh pendidikan D3nya. Selesai. Orang tuanya menyuruhnya untuk tidak melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. "Sudah, tidak usah sekolah lagi, kerja saja bantu Bapak", begitulah kata ayahnya.
Hatinya sungguh teguh. Apa yang dia inginkan, harus tercapai, cita-citanya tidak akan berhenti begitu saja. Dia ingin sekolah lagi, menamatkan S1! Bagaimana ini? Uang dari mana?
Akhirnya, dia berinisiatif untuk menjual jeans-jeans dan barang-barang bekas. Uangnya digunakan untuk membayar biaya kuliah. Dia masih bekerja di sebuah perusahaan elektronik. Dia sekolah dan bekerja, masih mengurus pekerjaan rumah. 4 tahun dia menyelesaikan kuliah S1nya dan diwisuda.
Dia mengundang kedua orang tuanya untuk menghadiri wisuda itu.
KEDUA ORANG TUANYA MENANGIS SAAT DIA DIWISUDA.
Air mata ini tidak hanya air mata kebahagiaan karena anaknya mendapatkan gelar sarjana, tapi -BAGAIMANA ANAKKU LULUS PADAHAL AKU TIDAK MEMBIAYAI KULIAHNYA? - itulah yang dipikirkan orang tuanya.
Adiknya, disekolahkan di ISI, dibelikan piano yang sangat mahal, tapi bahkan tidak lulus. Adiknya yang keempat, dibiayai dan diangkat anak oleh kakak dari ibunya, jadi pendidikannya terjamin.
Bagaimana dengan M?
HEBAT! Itulah kata yang pantas dia dapatkan.
M, akhirnya menikah, tapi ibu dari suaminya itu tidak menyukai M karena M berasal dari kalangan yang tidak kaya. Bahkan saat M melahirkan anaknya, mertuanya itu sama sekali tidak ingin menjenguk. Alasannya,takut, jangan-jangan cucunya itu juga upnormal seperti pakdenya?
M hanya menahannya sendiri dalam hati. Berdoa dan percaya pada Allah. Dia tidak pernah meninggalkan Allah, juga selalu berdoa pada Bunda Maria.
PERCAYALAH BAHWA TUHAN SELALU MENDAMPINGI KITA
Sekarang, dia adalah seorang Manager.
Dia bahkan pernah pergi ke 5 benua!
SIAPA SANGKA?!
Setiap dia pulang dari perjalanan (ke Amerika, Asia, dll) dia selalu memberikan oleh-oleh kepada mertuanya.
Sekarang mertuanya sungguh sulit hidupnya, anak-anaknya yang sejak kecil dimanja belum bisa mandiri.
M selalu ikhlas dalam memberikan sesuatu termasuk doa.
Setiap disakiti, dia tidak membalas, hanya berdoa supaya suatu saat orang itu sadar bahwa dia menyakiti orang lain.
Karena itu, dengan kisah kehidupan M ini, saya harap bisa menginspirasi anda dan membuat anda percaya, bahwa Tuhan itu ada dan selalu menyertai kita.
Jadi ingat lagu ini,
Apa yang kau alami kini mungkin tak dapat engkau mengerti Satu hal tanamkan di hati indah semua yang Tuhan b’ri Tuhanmu tak akan memberi ular beracun pada yang minta roti Cobaan yang engkau alami takkan melebihi kekuatan-Mu Tangan Tuhan sedang merenda suatu karya yang agung mulia Saatnya kan tiba nanti kaulihat pelangi kasihNya